Selasa, 06 September 2011

It's So Funny

Jalanku terbata-bata saat menuju ke ruang kerjaku. Rasanya ada sesuatu yang membebani kakiku hingga membuat kakiku susah untuk digerakkan. Sebenarnya juga bukan itu yang membuat jalanku menjadi seperti itu.
Sekarang ini aku hanya masih sedang terkejut sekaligus masih belum percaya ketika aku tahu dia ada diruang kerjaku. Seingatku setelah satu kali bertemu dengannya pada waktu aku tidak sempat berbicara panjang lebar atau sampai bertukar nomor ponsel sekalipun. Tapi nyatanya kenapa tiba-tiba dia bisa tahu nomor ponselku, dan sekitar 10 menit yang lalu dia menelephoneku untuk memberitahuku bahwa sekarang dia sudah ada diruanganku. Dia menungguku.
Dalam otakku sepanjang perjalanan menuju keruanganku hanyalah bayanganku sedang berilusi dan mendapatinya tidak ada disana saat aku sudah ada disana.
Tinggal 5-6 langkah lagi adalah pintu ruanganku. Langkahku yang lambat kemudian terhenti setelah langkah ke 6, tepat disamping kanan pintu ruanganku.
Aku melakukan yoga sebelum mengintip untuk memastikan keberadaannya, menarik nafas dalam-dalam kemudian kulepaskan secara perlahan.
“Tenanglah” kataku pada diriku sendiri.
1, 2, 3..
Nyatanya aku langsung muncul di ambang pintu tanpa mengintip dulu seperti rencana awalku. Dan aku sudah mendapatinya terkejut melihatku ada dihadapannya sekarang.
“Maaf membuatmu menunggu” kataku sambil mencoba menutupi ekspresi kagetku saat melihatnya ada di dalam dan aku aku sadar aku tidak sedang berilusi.
Dia tersenyum yang berarti tak masalah. “Tak masalah, ini memang salahku. Aku datang tanpa konfirmasi dulu” katanya dengan nada antusian nan ramahnya.
Aku memaksa bibirku untuk tersenyum.
Dia memalingkan pandangannya dari arahku dan aku mengikuti kemana arar pandangannya berpusat, dia melihat jam dinding di atas kepalanya. Tapi sedetik kemudian aku sadar, dia memakai jam tangan tapi kenapa dia melihat jam dinding di atasya ? Whatever, mungkin saja mati, Lin juga selalu menggunakan jam mati demi style-nya.
“Kenapa ? Apa ada jadwal manggung ?” tanyaku yang lebih menjurus ke keharapanku.
“Tidak” akhirnya minho menggeleng. “Ini sudah saatnya makan siang kan ?” tanyanya tiba-tiba.
“Hahh ?” aku spontan tercengang tanpa bisa menyembunyikannya.
“Iya, aku ingin mengajakmu makan siang”.
Hatiku meroket sekarang. Aku tidak senang melainkan kaegt untuk kesekian kalinya dalam detik waktu ini. Mungkin aku akan senang kalau yang mengajakku sekarang adalah Onew –karena aku fans-nya- , bukan dongsaeng-nya ini.
“Bagaimana ?” tawarnya seakan menawarkan sesuatu yang menarik, entah apa.
Tenggorokanku tercekat. Aku bingung antara ‘iya’ dan ‘tidak’. Tapi tak lama kemudian aku mengangguk sehingga membuatnya tersenyum puas sambil beranjak mengambil ancang-ancang untuk segera pergi.
***
Aku bisa menebak darimana dia mendapatkan nomor ponselku. Pasti Lin, dia adalah orang yang mengenalkanku pada Minho dan kawan-kawannya.
Pada waktu itu Lin sedang menggantikan pamannya untuk mengambil gambar SHINee untuk produk V-jeans. Lin tau aku adalah fans beratnya SHINee. Dan secara tiba-tiba tanpa pemberitahuan sebelumnya, tiba-tiba Lin menyuruhku datang ketempatnya waktu itu bersama SHINee, dia bilang dia butuh tumpangan untuk kembali ke kantor jadi tanpa berfikir panjang yang bertepatan hari itu adalah hari Minggu, aku langsung kesana dan mendapatinya sudah menungguku sambil membicarakanku dihadapan mereka berlima : Onew –my lovely-, Jonghyun, Key, Minho, dan Taemin.
Aku lupa bagaimana perasaanku waktu itu, waktu itu sekitar 2-3 bukan yang lalu. Tapi aku masih bisa membayangkan bagaimana raut terkejut campur senang tak terhinggaku. Aku senang pada waktu itu, aku berfoto dengan mereka semua. Tidak hanya 1 atau 2 foto yang di ambil tapi ada banyak foto yang di ambil dengan kamera ajaibnya Lin. Mulai dari berfoto bersama-sama sampai foto dengan sat per satu member membuatku bersumpah tidak akan pernah melupakannya dan aku juga bersumpah untuk membuat Lin bisa bertemu dengan Boyfriend tapi sayangnya sampai saat inipun aku masih belum bisa.
Maklum, aku adalah editor majalan mingguan Klick dan aku juga seorang mahasiswa di Hangeuk University. Bisa dibayangkan, kan, bagaimana sibuknya aku ?
Dan menurutku si Lin adalah orang yang aneh, kenapa harus menjadi fans-girl-nya browndong-browndong Jo Twins and Minwo. Kenapa tidak dengan Super Junior atau Big Bang yang umurnya di atas dia. Kalau suka mereka, berarti masih ada kemungkinan untuk bisa jadi pacarnya. Tapi, emang sih mereka manis tapi tetap saja browndong. Aku lebih memilih menjadikan mereka sebagai adik dan tidak seperti Lin yang ingin sekali berpacaran dengan Minwo. Kalau denganku masih belum menjadi masalah besar karena aku dengan dia-Minwo- hanya terpaut 1 tahun. Tapi kalau dengan Lin bisa dibilang aunty-nya (Lin seumuran dengan Onew tapi aku sudah terbiasa memanggilnya Lin daripada Onnie)
“Suka sushi atau ramen ?” tanya Minho mengobrak-abrikkan lamunanku.
“Eh.., apapun aku suka.
Minho tersenyum. Kalau dipikir-pikir dia sanga berbeda dari kesanku saat pertama bertemu dengannya 2-3 bulan yang lalu, dia lebih sering tersenyum dan dilihat dari dekat dia sangat manis dan hidungnya terlihat lebih mancung daripada saat melihatnya di TV atau di foto.
“Kalau begitu sushi” tambahnya menatapku saat lampu lalu lintas menjadi merah.
“Baiklah” singkatku benar-benar membuatku grogi.
“Ngomong-ngomong, namamu Yoon Min Shin, kan ?” tanyany.
“Panggil saja Shin karena Lin juga sering memanggilku seperti itu. Ya, meskipun sebenarnya aku lebih seka dipanggil Yoon Shin daripada hanya dipanggil nama belakangnya saja” paparku membuatnya terus menatapku seakan ada hal yang membuatnya tertarik dari wajahku ini.
Untuk beberapa saat dia berpaling, menjalankan mobil saat lampu berubah menjadi hijau.
“Baiklah, Yoon Shin” katanya bergantian melihatku lalu melihat jalan.
***
“Pesanan kuserahkan semuanya padamu” kataku saat Minho menyodorkan menu makanan.
“Kau yakin ?”
Aku mengangguk mantap.
Kemudian Minho memesankan makan dan minumannya sesuai dengan pilihannya.
Minho memandangku lagi untuk kesekian kali setelah pelayan pergi meninggalkan meja kami sambil membawa selembar kertas berisikan makanan dan minuman yang dipesan Minho.
Untuk beberapa saat ada suatu perasaan kagum saat Minho mencondongkan badannya sambil meletakkan kedua tangannya yang sedang saling melipat di atas meja dengan mata bulat besar beserta bibir pink yang cute miliknya.
“Kenapa melihatku seperti itu ?” tanyanya menyadari pusat perhatianku sekarang adalah dia.
“Tidak ada” alih-alihku membodohinya.
Dia menunduk sambil tersenyum ke dadanya.
“Ehm.. ngomong-ngomong, ada hal apa ya sampai mendatangi tempat kerjaku ?” akhirnya aku menanyakannya setelah keadaanku kembali normal, tidak setegang dan segrogi tadi.
“Tidak ada. Aku ingin saja kencan denganmu” jawabnya benar-benar santai.
WHAT ???!! Benar-benar diluar dugaan. Mataku sekarang mungkin sedang melotot, kaget.
“Maaf..” nadanya menjadi lembut sekali. “Aku tidak memberitahumu karena aku takut kau tidak mau karena aku juga tau kau sangat menyukai hyeong-ku. Benarkan ?”
Tentu. Tapi tak sampai hati untuk mengakuinya toh dia dia sendiri sudah tau.
“Kenapa ?”
Minho tampak bingung dengan pertanyaan yang sebenarnya aku juga tidak tahu apa yang sebenarnya aku ingin tahu darinya dengan pertanyaan singkat “Kenapa ?”. Aku hanya menimpalinya begitu saja.
“Karena aku tertarik padamu”katanya tegas dan meyakinkan.
Aku tidak yakin itu yang ingin kutahu.
Tertarik. Tertarik pada pandangan pertama,aku rasa tidak ada kalimat seperti itu. Memang tidak ada, aku membayangkan Onew yang mengatakannya dengan tampang innocent-nya.
“Tertarik kenapa ?” aku meletakkan tangan kananku ke atas meja untuk menyangga kepalaku. “Bukankan kita baru bertemu satu kali dan dari sudat mana melihatku sampai membuatmu tertarik padaku ?” lanjutku mulai tertarik untuk ingin tahu.
“Kau yang satu kali. Aku sering, tidak, berkali-kali maksutku. Kau pernah ke supermarket dan membeli…maaf.. dalaman sambil berdiri dibelakang Lin noona untuk bersembunyi. Seingatku kau juga bilang seperti ini ‘Ini adalah kali pertamanya membeli barang ini di tempat seterbuka ini’. Lalu kau menyerahkannya pada Lin noona dan setelah itu kau meninggalkannya entah kemana”
Aku sadar wajahku ,memerah, telingaku memanas, dan kepalaku terasa seperti sedang mendidih. Aku sangat-sangat malu. Ternyata disaat memalukan seperti itu secara tidak sengaja ada dia. Oh, Tuhan ~
“Kau juga pernah ke restorant Cina dan tanpa sepengetahuanmu aku yang membayarimu dan bukan ada acara makan gratis disana. Sebenarnya masih ada even lainnya tapi aku tidak yakin kau ingin sekaligus tahu dimana ada aku saat ada kau juga” tambahnya nyaris membuatku pingsan. Tapi itu tidak terjadi, hanya saja aku hampir jatuh dari kursiku karena kakiku melemah saat Minho mengatakan kejadian dalam itu.
“Oh~, ternyata seperti itu” senyumku terpaksa.
“Ehm..maaf.. tadi aku hanya mencoba meyakinkanmu tanpa bermaksut…”
Aku tahu dia pasti merasa tidak enak, makanya aku harus segera memotongnya “Tidak, tidak apa-apa, aku benar-benar tidak apa-apa”
“Benarkah ?” Terima kasih”
Tidak lama kemudian pelayan datang membawa makanan dan minuman yang sudah dipesan. Setidaknya hanya untuk menyerap energy tidak enak yang ada antara aku dan Minho.
Selama beberapa menit setelahnya, kami hanyfa menghabiskan waktu kami dengan makan sambil membicarakan hal-hal kecil seperti jadwal SHINe yang padat dan juga pekerjaanku juga pastinya karena ternyata dia juga tertarik pada pekerjaanku.
Dia membicarakan kegiatannya di Jepang yang makin memadat untuk di bulan ini pastinya. Dan hari ini adalah hari terakhirnya di Korea karena keesokan harinya dia bilang dia akan segera ke Jepang lagi dan akan kembali sekitar 5 bulan lagi. minho juga bilang padaku kalau dia akan sering menghubungiku saat di Jepang nanti, dan dia juga bilang akan segara menemuiku saat kembali nanti.
Aku tidak tahu apa yang di harapkannya padaku hingga ia seyakin itu padaku. Padahal dia juga tidak tahu tentang perasaanku tapi sepertinya dia benar-benar tidak perduli tentang perasaanku.
Tiba-tiba dengan tegasnya pada detik-detik terakhir pertemuan kami di siang itu dia mengatakan “Aku tahu ini terlalu cepat tapi memang inilah yang telah aku rencanakan. Aku tidak mau mebuatmu terus-terusan tidak tahu sementara ada orang yang juga terus-terusan menanyakanmu pada orang lain. Lebih baik kukatakan sekarang dan menanyakanmu pada dirimu sendiri. Tapi tenang saja, aku tidak mau kau menjawabnya sekarnag karena aku akan menunggu sampai perasaan yang sama juga ada dalam dirimu setelah aku berusaha”. Begitu katanya sambil menggenggam erat kedua tanganku di atas meja.
Tapi… kenapa tangan Minho sangat mungil, ya, begitulah pikirku sejenak saat merasakan genggamannya yang begitu sangat eratnya.
Tiba-tiba ada suara anak kecil tertawa. Rasanya aku sangat mengenali suara ini, pikirku lagi. Mungkin saja Yoogeun tapi sepertinya bukan. Kemudian keadaan menjadi hening.
Entah kenapa aku merasa Minho sedang menarik-narik tanganku.
“ASTAGFIRWLAH” teriakku setelah menyadari sesuatu.
Sial! Semua itu hanya mimpi. Tangan mungil dan suara anak kecil tadi adalah adikku. Begitu mataku terbuka aku sudah mendapatinya duduk di samping tempat tidurku sambil memegang kedua tanganku sambil tersenyum simpul ke arahku.
Pantas saja semuanya terasa aneh. Kenapa harus Minho, kenapa bukan Onew. Dan setahuku Minho tidak suka yeoja sepertiku :D


_______________________________________________________
Padahal ada yang sempet ency tuh :D . . . . . Mianhae ya !!
Sebenarnya alurnya gak kubuat begitu tapi karena mataku udah lengket jadi ku udahin begitu aja deh. Bayangkan, aku buat ini mulai jam 12:30 sampai 03:00. Bisa dibayanginkan gimana ngantuknya aku sampai tadi niatan mau bangun jam 9-10 karena ada janji sama temenku jadi keterusan sampai jam 11. Huwa ~~~ Jeongmal mianhaeyo Rikaya :D

NOTE : Belum di edit penuh so mian ya kalo kurang gimana [Alasan banget :D]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar