Kamis, 21 Juni 2012

Holy Light


Beberapa hari yang lalu ibuku memberitahuku berita yang mengejutkan. Kakak sepupuku, ¾satu-satunya sepupu terdekat dengan keluargaku, yang selama ini kupandang baik dan tampak seperti laki-laki sebenarnya diantara sepupu-sepupuku yang lainnya, ia telah menghamili kekasihnya. Kira-kira hubungan mereka sudah berjalan sejak 6 tahun yang lalu, saat itu mungkin aku masih kelas 1 SMP dan kakak sepupuku itu masih kelas 1 atau 2 SMA. Aku benar-benar tidak menyangka orang sepertinya bisa melakukan kesalahan seperti itu.
Siapapun tidak pernah menyangka hal itu akan terjadi jika melihat keseharian kakakku selama ini yang santun dan ramah tamah pada setiap orang, tapi….. apa daya fakta telah terungkap, nyatanya kakak sepupuku juga manusia biasa yang mudah tergoda, pada akhirnya dia telah melakukan kesalahan yang paling sering dilakukan oleh remaja-remaja pada jaman sekarang. Miris memang karena hal itu juga terjadi pada keluarga besarku.
Kemarin malam, sekitar pukul 11 malam kekasih kakakku melahirkan seorang bayi laki-laki, yang merah dan cantik. Rambutnya sangat lebat, kulitnya yang merah tampak bersinar, matanya sipit tapi di usia satu hari dia sudah mampu membuka mata selebar mata bayi berumur satu bulan. Tadi malam aku pergi ke rumah sakit untuk menjenguknya, kekasih kakakku yang sebentar lagi, kira-kira setelah lebaran nanti akan menjadi saudaraku dan anak itu juga akan menjadi saudaraku (ponakan dalam bahasa jawa).
Disana ada beberapa orang, mungkin saudara-saudara dari keluarga kekasih kakak sepupuku karena mereka asing dimataku. Ada pakde dan budeku, pakdeku yang menjemput kami dari pintu masuk dan budeku berada diruangan yang sama dengan kekasih kakak sepupuku. Setelah berjabat dengan saudara-saudara kekakasih kakak sepupuku yang ada diluar ruangan kami masuk kedalam, berjabat dengan bude dan beberapa orang yang ada disana, termasuk kekasih kakak sepupuku yang terbaring setelah operasi, lalu kami pergi keruangan bayi dimana bayi merah itu diletakkan.
Kakak sepupuku berdiri disamping balok kaca yang memagari bayinya. Aku tidak sempat memperhatikan wajah kakak sepupuku ketika melihat kami datang, mataku sudah terhipnotis dengan pesona bayi itu, dia benar-benar cantik meskipun dia seorang laki-laki. Kakak sepupuku menjabat tangan kami bergantian, pertama ibuku, ayahku, adikku, aku, dan kakakku. Pada saat ia mencium tangan kedua orang tuaku aku memperhatikan wajahnya dan matanya yang memperhatikan raut wajah kedua orang tuaku dengan hati-hati. Prediksiku, kakak sepupuku ingin tahu apa yang kedua orang tuaku rasakan ketika melihatnya atau mungkin dia ingin tahu seberapa kecewanya keduanya pada dirinya yang dipandang baik selama ini. Dia juga mencium tanganku seperti mencium kedua tangan orang tuaku, entah apa yang membuatnya mencium tanganku padahal dia jauh lebih tua dariku. Apakah dia ingin bercanda kepadaku, ¾aku tidak yakin, atau apakah dia terlalu gugup, atau mungkin dia terlalu malu. Dadaku mendadak sesak, aku tidak sanggup menatap wajahnya, dia terlalu merasa bersalah dan kecewa pada dirinya sendiri.
Mungkin awalnya aku juga merasa kecewa dan marah pada kakak sepupuku ketika ibuku menceritakannya tapi setelah itu aku berubah pikiran. Ditengah kesalahan yang mudah membuat orang khilaf, kabur atau mungkin memaksa kekasihnya untuk menggugurkannya adalah pikiran-pikiran yang mudah saja datang dari pikiran-pikiran manusia bersalah. Tapi hebatnya, ¾aku tidak bisa memungkiri hal ini, kakak sepupuku itu dengan jantannya berdiri melawan arus, dia bersedia bertanggung jawab dan enggan meminta kekasihnya untuk menggugurkannya, dialah orang yang berdoa dan bersumpah tidak ingin jabangnya digugurkan meski kekasihnya sempat mencoba untuk menggugurkannya. Sebagai seorang sepupunya aku bangga dengan kejantanannya.
Kami : aku, adikku, kakakku, dan kakak sepupuku, sesekali menengok ke ruangan saudara baruku itu. Setiap melihat wajahnya aku selalu girang dan ingin menyentuh tubuh merahnya, aku ingin tahu seperti apa kulit bayi yang baru berumur satu hari, aku juga ingin tahu bagaimana kulit merahnya itu memancarkan cahaya. Itu adalah kali pertamaku melihat bayi, ¾setelah dewasa ini. Aku senang bisa melihatnya, dia bayi yang terlahir dengan sempurna meski ia pernah digugurkan.
Dari waktu ke waktu raut wajah kecewa dan merasa bersalah tampak menyurut dari raut wajah kakak sepupuku. Aku rasa itu karena kakakku, aku juga heran kenapa kakakku bisa berkata-kata ditengah keadaan yang memaksa semua orang untuk diam, mereka hanya diizinkan menyuarakan pendapat atau apapun itu hanya dalam batin mereka. Kakakku tidak hanya menyuarakan dukungannya, ia juga menyuarakan kebanggannya, kebanggan yang sama yang kurasakan ketika mendengar bagaimana kakak sepupuku berusaha mempertahankan bayinya. Sebenarnya aku tahu apa yang ada dihati kakakku, diapun tidak mampu berkata-kata tapi saat itu tidak ada satupun orang yang bisa berkata-kata maka dari itu dia berusaha mengucap kata per kata demi kakak sepupuku.
Kakak sepupuku memang bersalah tapi dia tidak patut dihakimi. Tuhan telah mengkhendaki lahirnya bayi malang dan tak berdosaitu karena inilah jalan Tuhan. Dia (Tuhan) telah memiliki rencana untuk kakak sepupuku, bayinya, dan juga kekasihnya. Mereka adalah orang-orang pilihan yang di uji dengan cara seperti ini. Kedua orang tua bayi itu telah menanggung dosa dan keduanyapun harus menanggung malu.
Belum lagi bayinya, istilah kasarnya mungkin anak haram tapi menurut islam semua bayi itu suci, mereka terlahir tanpa dosa. Hanya saja secara islam dia tidak memiliki seorang ayah kandung meski secara ilmu kedokteran kakak sepupukulah ayah kandungnya. Secara islam bayi yang terlahir dari ibu yang belum bersuami secara sah maka dianggap tidak memiliki ayah kandung, inilah resiko bagi anak-anak yang terlahir dengan cara seperti itu. Mungkin hal spesifik itu tidak diketahui oleh kebanyakan orang, ¾akupun baru tahu dari kakakku. Dan menurut kakakku, beruntungnya anak itu seorang laki-laki, jika anak itu seorang perempuan maka statusnya yang tidak memiliki ayah kandung akan terlihat ketika anak itu menikah nanti. Pada saat prosesi ijab kabul tidak sah pernikahan anak itu jika kakak sepupuku mewalikannya.
Saat ini aku hanya bisa berdoa untuk bayi merah yang memancarkan sinar dan suci itu, semoga Tuhan senantiasa melindunginya, menjadikannya orang yang lebih baik daripada kedua orang tuanya, dan semoga Tuhan memiliki rencana yang terbaik untuk saudara baruku itu.

Leave Dream, Do Dream

Setelah lama hiatus akhirnya saya "sang pemilik" kembali membawa hal-hal yang...aneh (?) Entahlah apa sebutannya yang pasti saya bawa sesuatu yang baru dan berbau tulisan #plak . Ah gak taulah, pokoknya saya bawa sesuatu yang baru (masih ngotot deh ) . Hihihi
Ya udah ini silahkan baca !!!
NB : Gak usah mikirin sebenernya blog saya ini tentang apa sih . Pokoknya, intinya blog ini tentang semua hal hal yang saya suka so apapun ada disini. Kalau foto kayaknya saya masih berencana buat tumbler. Hehehe. Sekalian mindahin foto2 di laptop yang udah penuh sampe bikin LOLA pol. Ckckckc. Saya kehabisan kata2. Wasalan. Silahkan baca :D


Kau tahu apa yang saat ini sedang kurasakan ? Aku sangat sedih dan takut. Entah apa yang sebenarnya ada dalam otakku, aku hanya memikirkan sesuatu yang belum pernah kupikirkan sebelumnya : masa depan yang nyata. Dulu saat statusku masih pelajar dan akupun masih sering pergi ke sekolah aku selalu menantikan masa depanku. Masa depan yang selalu kuibaratkan seperti sebuah pintu besar pembatas duniaku saat itu dan impian yang ada dikepalaku. Gembok pintu itu terbuka namun pintu itu tidak pernah terbuka sampai saatnya tiba. Seharusnya ketika pengumuman kelulusanku diumumkan pintu itu terbuka dan aku keluar melewatinya dengan rasa suka cita dan tangis bahagia tapi, sampai saat ini meskipun pintu itu jelas telah terbuka didepan mata sekalipun aku belum pernah melewatinya. Aku masih terpaku ditempatku menatap keadaan diluar pintu itu, terkadang aku bergidik dan menjauh lebih jauh dari tempatku menanti.
Apa ini ketakutanku ? Apa yang aku takutkan ? Masa depan yang belum tampak ? Pengecut.
Aku pernah mengatakan, sekarang bukan saatnya bermimpi tapi sekarang adalah saatnya bertindak untuk bermimpi. Terbang menggapai bulan, berenang mencari berlian, berlari mencapai kesuksesan. Seharusnya itu yang harus kulakukan sekarang, seharusnya itu prioritas hidupku, seharusnya bukan disini lagi tempatku, seharusnya tidak ada lagi waktu berdiam, waktu tidak pernah berhenti, apa yang sedang aku tunggu ? Kesuksesan ? Belum pernah ada penulis yang menceritakan tentang kesuksesan pemalas yang lebih suka menunggu waktu dan tertidur pulas tanpa beban. Kediamanku tidak akan menghasilkan apapun. Waktu berfikirkupun sia-sia karena aku hanya menggunakan otak tanpa bertindak. Aku tidak cacat, seharusnya aku bergerak dengan segala organ yang kumiliki.
Dan pintu itu, mulai saat ini aku harus bisa keluar meski rasa takutku belum pernah beranjak. Pertama mungkin aku harus melihatnya lagi, memperhatikannya lagi, apa yang sedang pintu itu rencanakan ketika kakiku beranjak meninggalkan tempatku untuk pertama kalinya ? Kesuksesan atau kegagalan ? Atau dari sukses menjadi gagal ? Atau dari gagal menjadi sukses ? Atau gagal seterusnya ? Atau sukses selamanya ? Tidak ada satupun  orang yang tahu bahkan pintu itupun  tidak akan pernah mengatakan apapun. Pintu itu hanya benda mati, dia saksi bisu masa dahuluku dan masa depanku. Dan apa yang terjadi nanti adalah ganjaran apa yang telah aku lakukan, Tuhan Maha Adil, Dia Yang Maha Tahu akan memberikan ganjaran setimpal atas usahaku.
Kedua aku harus benar-benar keluar. Berusaha. Bermimpi. Berbicara pada Tuhan bahwa “aku pasti bisa”. Dan berbicara pada dunia “lihatlah aku !”. Akan kutunjukkan siapa aku sebenarnya. Aku bukan pembual.
Let's get up ! Leave your dream and do your dream. Your life is not world dream, this is the reality. Anything you do is evidence future. If you do the best, God will give you the best too. This life is like socialiszation. Everything hinge on what that we have done.