Jalanku
terbata-bata saat menuju ke ruang kerjaku. Rasanya ada sesuatu yang
membebani kakiku hingga membuat kakiku susah untuk digerakkan.
Sebenarnya juga bukan itu yang membuat jalanku menjadi seperti itu.
Sekarang ini
aku hanya masih sedang terkejut sekaligus masih belum percaya ketika
aku tahu dia ada diruang kerjaku. Seingatku setelah satu kali bertemu
dengannya pada waktu aku tidak sempat berbicara panjang lebar atau
sampai bertukar nomor ponsel sekalipun. Tapi nyatanya kenapa
tiba-tiba dia bisa tahu nomor ponselku, dan sekitar 10 menit yang
lalu dia menelephoneku untuk memberitahuku bahwa sekarang dia sudah
ada diruanganku. Dia menungguku.
Dalam otakku
sepanjang perjalanan menuju keruanganku hanyalah bayanganku sedang
berilusi dan mendapatinya tidak ada disana saat aku sudah ada disana.
Tinggal 5-6
langkah lagi adalah pintu ruanganku. Langkahku yang lambat kemudian
terhenti setelah langkah ke 6, tepat disamping kanan pintu ruanganku.
Aku melakukan
yoga sebelum mengintip untuk memastikan keberadaannya, menarik nafas
dalam-dalam kemudian kulepaskan secara perlahan.
“Tenanglah”
kataku pada diriku sendiri.
1, 2, 3..
Nyatanya aku
langsung muncul di ambang pintu tanpa mengintip dulu seperti rencana
awalku. Dan aku sudah mendapatinya terkejut melihatku ada
dihadapannya sekarang.
“Maaf
membuatmu menunggu” kataku sambil mencoba menutupi ekspresi kagetku
saat melihatnya ada di dalam dan aku aku sadar aku tidak sedang
berilusi.
Dia tersenyum
yang berarti tak masalah. “Tak masalah, ini memang salahku. Aku
datang tanpa konfirmasi dulu” katanya dengan nada antusian nan
ramahnya.
Aku memaksa
bibirku untuk tersenyum.
Dia memalingkan
pandangannya dari arahku dan aku mengikuti kemana arar pandangannya
berpusat, dia melihat jam dinding di atas kepalanya. Tapi sedetik
kemudian aku sadar, dia memakai jam tangan tapi kenapa dia melihat
jam dinding di atasya ? Whatever,
mungkin saja mati, Lin juga selalu menggunakan jam mati demi
style-nya.
“Kenapa ? Apa
ada jadwal manggung ?” tanyaku yang lebih menjurus ke keharapanku.
“Tidak”
akhirnya minho menggeleng. “Ini sudah saatnya makan siang kan ?”
tanyanya tiba-tiba.
“Hahh ?”
aku spontan tercengang tanpa bisa menyembunyikannya.
“Iya, aku
ingin mengajakmu makan siang”.
Hatiku meroket
sekarang. Aku tidak senang melainkan kaegt untuk kesekian kalinya
dalam detik waktu ini. Mungkin aku akan senang kalau yang mengajakku
sekarang adalah Onew –karena aku fans-nya- , bukan dongsaeng-nya
ini.
“Bagaimana ?”
tawarnya seakan menawarkan sesuatu yang menarik, entah apa.
Tenggorokanku
tercekat. Aku bingung antara ‘iya’ dan ‘tidak’. Tapi tak lama
kemudian aku mengangguk sehingga membuatnya tersenyum puas sambil
beranjak mengambil ancang-ancang untuk segera pergi.
***
Aku bisa
menebak darimana dia mendapatkan nomor ponselku. Pasti Lin, dia
adalah orang yang mengenalkanku pada Minho dan kawan-kawannya.
Pada waktu itu
Lin sedang menggantikan pamannya untuk mengambil gambar SHINee untuk
produk V-jeans. Lin tau aku adalah fans beratnya SHINee. Dan secara
tiba-tiba tanpa pemberitahuan sebelumnya, tiba-tiba Lin menyuruhku
datang ketempatnya waktu itu bersama SHINee, dia bilang dia butuh
tumpangan untuk kembali ke kantor jadi tanpa berfikir panjang yang
bertepatan hari itu adalah hari Minggu, aku langsung kesana dan
mendapatinya sudah menungguku sambil membicarakanku dihadapan mereka
berlima : Onew –my lovely-, Jonghyun, Key, Minho, dan Taemin.
Aku lupa
bagaimana perasaanku waktu itu, waktu itu sekitar 2-3 bukan yang
lalu. Tapi aku masih bisa membayangkan bagaimana raut terkejut campur
senang tak terhinggaku. Aku senang pada waktu itu, aku berfoto dengan
mereka semua. Tidak hanya 1 atau 2 foto yang di ambil tapi ada banyak
foto yang di ambil dengan kamera ajaibnya Lin. Mulai dari berfoto
bersama-sama sampai foto dengan sat per satu member membuatku
bersumpah tidak akan pernah melupakannya dan aku juga bersumpah untuk
membuat Lin bisa bertemu dengan Boyfriend tapi sayangnya sampai saat
inipun aku masih belum bisa.
Maklum, aku
adalah editor majalan mingguan Klick dan aku juga seorang mahasiswa
di Hangeuk University. Bisa dibayangkan, kan, bagaimana sibuknya aku
?
Dan menurutku
si Lin adalah orang yang aneh, kenapa harus menjadi fans-girl-nya
browndong-browndong Jo Twins and Minwo. Kenapa tidak dengan Super
Junior atau Big Bang yang umurnya di atas dia. Kalau suka mereka,
berarti masih ada kemungkinan untuk bisa jadi pacarnya. Tapi, emang
sih mereka manis tapi tetap saja browndong. Aku lebih memilih
menjadikan mereka sebagai adik dan tidak seperti Lin yang ingin
sekali berpacaran dengan Minwo. Kalau denganku masih belum menjadi
masalah besar karena aku dengan dia-Minwo- hanya terpaut 1 tahun.
Tapi kalau dengan Lin bisa dibilang aunty-nya (Lin seumuran dengan
Onew tapi aku sudah terbiasa memanggilnya Lin daripada Onnie)
“Suka sushi
atau ramen ?” tanya Minho mengobrak-abrikkan lamunanku.
“Eh.., apapun
aku suka.
Minho
tersenyum. Kalau dipikir-pikir dia sanga berbeda dari kesanku saat
pertama bertemu dengannya 2-3 bulan yang lalu, dia lebih sering
tersenyum dan dilihat dari dekat dia sangat manis dan hidungnya
terlihat lebih mancung daripada saat melihatnya di TV atau di foto.
“Kalau begitu
sushi” tambahnya menatapku saat lampu lalu lintas menjadi merah.
“Baiklah”
singkatku benar-benar membuatku grogi.
“Ngomong-ngomong,
namamu Yoon Min Shin, kan ?” tanyany.
“Panggil saja
Shin karena Lin juga sering memanggilku seperti itu. Ya, meskipun
sebenarnya aku lebih seka dipanggil Yoon Shin daripada hanya
dipanggil nama belakangnya saja” paparku membuatnya terus menatapku
seakan ada hal yang membuatnya tertarik dari wajahku ini.
Untuk beberapa
saat dia berpaling, menjalankan mobil saat lampu berubah menjadi
hijau.
“Baiklah,
Yoon Shin” katanya bergantian melihatku lalu melihat jalan.
***
“Pesanan
kuserahkan semuanya padamu” kataku saat Minho menyodorkan menu
makanan.
“Kau yakin ?”
Aku mengangguk
mantap.
Kemudian Minho
memesankan makan dan minumannya sesuai dengan pilihannya.
Minho
memandangku lagi untuk kesekian kali setelah pelayan pergi
meninggalkan meja kami sambil membawa selembar kertas berisikan
makanan dan minuman yang dipesan Minho.
Untuk beberapa
saat ada suatu perasaan kagum saat Minho mencondongkan badannya
sambil meletakkan kedua tangannya yang sedang saling melipat di atas
meja dengan mata bulat besar beserta bibir pink yang cute miliknya.
“Kenapa
melihatku seperti itu ?” tanyanya menyadari pusat perhatianku
sekarang adalah dia.
“Tidak ada”
alih-alihku membodohinya.
Dia menunduk
sambil tersenyum ke dadanya.
“Ehm..
ngomong-ngomong, ada hal apa ya sampai mendatangi tempat kerjaku ?”
akhirnya aku menanyakannya setelah keadaanku kembali normal, tidak
setegang dan segrogi tadi.
“Tidak ada.
Aku ingin saja kencan denganmu” jawabnya benar-benar santai.
WHAT ???!!
Benar-benar diluar dugaan. Mataku sekarang mungkin sedang melotot,
kaget.
“Maaf..”
nadanya menjadi lembut sekali. “Aku tidak memberitahumu karena aku
takut kau tidak mau karena aku juga tau kau sangat menyukai
hyeong-ku. Benarkan ?”
Tentu. Tapi tak
sampai hati untuk mengakuinya toh dia dia sendiri sudah tau.
“Kenapa ?”
Minho tampak
bingung dengan pertanyaan yang sebenarnya aku juga tidak tahu apa
yang sebenarnya aku ingin tahu darinya dengan pertanyaan singkat
“Kenapa ?”. Aku hanya menimpalinya begitu saja.
“Karena aku
tertarik padamu”katanya tegas dan meyakinkan.
Aku tidak yakin
itu yang ingin kutahu.
Tertarik.
Tertarik pada pandangan pertama,aku rasa tidak ada kalimat seperti
itu. Memang tidak ada, aku membayangkan Onew yang mengatakannya
dengan tampang innocent-nya.
“Tertarik
kenapa ?” aku meletakkan tangan kananku ke atas meja untuk
menyangga kepalaku. “Bukankan kita baru bertemu satu kali dan dari
sudat mana melihatku sampai membuatmu tertarik padaku ?” lanjutku
mulai tertarik untuk ingin tahu.
“Kau yang
satu kali. Aku sering, tidak, berkali-kali maksutku. Kau pernah ke
supermarket dan membeli…maaf.. dalaman sambil berdiri dibelakang
Lin noona untuk bersembunyi. Seingatku kau juga bilang seperti ini
‘Ini adalah kali pertamanya membeli barang ini di tempat seterbuka
ini’. Lalu kau menyerahkannya pada Lin noona dan setelah itu kau
meninggalkannya entah kemana”
Aku sadar
wajahku ,memerah, telingaku memanas, dan kepalaku terasa seperti
sedang mendidih. Aku sangat-sangat malu. Ternyata disaat memalukan
seperti itu secara tidak sengaja ada dia. Oh, Tuhan ~
“Kau juga
pernah ke restorant Cina dan tanpa sepengetahuanmu aku yang
membayarimu dan bukan ada acara makan gratis disana. Sebenarnya masih
ada even lainnya tapi aku tidak yakin kau ingin sekaligus tahu dimana
ada aku saat ada kau juga” tambahnya nyaris membuatku pingsan. Tapi
itu tidak terjadi, hanya saja aku hampir jatuh dari kursiku karena
kakiku melemah saat Minho mengatakan kejadian dalam itu.
“Oh~,
ternyata seperti itu” senyumku terpaksa.
“Ehm..maaf..
tadi aku hanya mencoba meyakinkanmu tanpa bermaksut…”
Aku tahu dia
pasti merasa tidak enak, makanya aku harus segera memotongnya
“Tidak, tidak apa-apa, aku benar-benar tidak apa-apa”
“Benarkah ?”
Terima kasih”
Tidak lama
kemudian pelayan datang membawa makanan dan minuman yang sudah
dipesan. Setidaknya hanya untuk menyerap energy tidak enak yang ada
antara aku dan Minho.
Selama beberapa
menit setelahnya, kami hanyfa menghabiskan waktu kami dengan makan
sambil membicarakan hal-hal kecil seperti jadwal SHINe yang padat dan
juga pekerjaanku juga pastinya karena ternyata dia juga tertarik pada
pekerjaanku.
Dia
membicarakan kegiatannya di Jepang yang makin memadat untuk di bulan
ini pastinya. Dan hari ini adalah hari terakhirnya di Korea karena
keesokan harinya dia bilang dia akan segera ke Jepang lagi dan akan
kembali sekitar 5 bulan lagi. minho juga bilang padaku kalau dia akan
sering menghubungiku saat di Jepang nanti, dan dia juga bilang akan
segara menemuiku saat kembali nanti.
Aku tidak tahu
apa yang di harapkannya padaku hingga ia seyakin itu padaku. Padahal
dia juga tidak tahu tentang perasaanku tapi sepertinya dia
benar-benar tidak perduli tentang perasaanku.
Tiba-tiba
dengan tegasnya pada detik-detik terakhir pertemuan kami di siang itu
dia mengatakan “Aku tahu ini terlalu cepat tapi memang inilah yang
telah aku rencanakan. Aku tidak mau mebuatmu terus-terusan tidak tahu
sementara ada orang yang juga terus-terusan menanyakanmu pada orang
lain. Lebih baik kukatakan sekarang dan menanyakanmu pada dirimu
sendiri. Tapi tenang saja, aku tidak mau kau menjawabnya sekarnag
karena aku akan menunggu sampai perasaan yang sama juga ada dalam
dirimu setelah aku berusaha”. Begitu katanya sambil menggenggam
erat kedua tanganku di atas meja.
Tapi… kenapa
tangan Minho sangat mungil, ya, begitulah pikirku sejenak saat
merasakan genggamannya yang begitu sangat eratnya.
Tiba-tiba ada
suara anak kecil tertawa. Rasanya aku sangat mengenali suara ini,
pikirku lagi. Mungkin saja Yoogeun tapi sepertinya bukan. Kemudian
keadaan menjadi hening.
Entah kenapa
aku merasa Minho sedang menarik-narik tanganku.
“ASTAGFIRWLAH”
teriakku setelah menyadari sesuatu.
Sial! Semua itu
hanya mimpi. Tangan mungil dan suara anak kecil tadi adalah adikku.
Begitu mataku terbuka aku sudah mendapatinya duduk di samping tempat
tidurku sambil memegang kedua tanganku sambil tersenyum simpul ke
arahku.
Pantas saja
semuanya terasa aneh. Kenapa harus Minho, kenapa bukan Onew. Dan
setahuku Minho tidak suka yeoja sepertiku :D
_______________________________________________________
Padahal ada
yang sempet ency tuh :D . . . . . Mianhae ya !!
Sebenarnya
alurnya gak kubuat begitu tapi karena mataku udah lengket jadi ku
udahin begitu aja deh. Bayangkan, aku buat ini mulai jam 12:30 sampai
03:00. Bisa dibayanginkan gimana ngantuknya aku sampai tadi niatan
mau bangun jam 9-10 karena ada janji sama temenku jadi keterusan
sampai jam 11. Huwa ~~~ Jeongmal mianhaeyo Rikaya :D
NOTE : Belum di
edit penuh so mian ya kalo kurang gimana [Alasan banget :D]